Implikasi Tahap Perkembangan terhadap
Pendidikan
A.
Playgroup
/ TK
Masa kanak-kanak awal ( Prasekolah
)
-
2-6 tahun
-
Anak banyak
bereksplorasi
-
Melakukan tindakan
meniru
-
Egosentris
-
Perkembangan kognitif
berada pada tahap praoperasional
Pada tahap ini,
anak belajar menggunakan panca indera dan benda-benda kongkrit. Pada tahap ini,
pembelajaran lebih menekankan proses dari pada hasil. Anak juga lebih tertarik
melakukan pembelajaran dengan cara mengamati langsung dan sesuai minat mereka.
Guru
berperan penting dalam mengatur strategi proses pendidikan anak. Diantaranya,
memberikan pengalaman pembelajaran yang nyata dan sebagai fasilitator
pengalaman yang bervariasi dan bahan yang berbeda-beda sehingga anak dapat
melakukan permainan yang beragam.
Metode yang dapat
digunakan untuk perkembangan kognitif anak Playgroup/TK adalah :
1. Bermain
Dalam hal ini, pembelajaran dapat
dilakukan berbarengan dengan bermain dan dilakukan di tempat terbuka. Kegiatan
ini membantu anak lebih bereksplorasi dan melatih gerakan otot besar maupun
halus, seperti melompat, memanjat, dan menendang. Kegiatan ini juga membantu
mengembangkan kemampuan kognitif, sosial maupun emosional anak.
2. Pemberian
Tugas
Metode ini digunakan agar anak
terbiasa berlatih untuk mengasah kemampuan kognitif nya dan bertanggung jawab.
3. Kegiatan
Wisata
Metode ini dapat dilakukan dengan
membawa anak melihat keankaragaman jenis pekerja, museum, peralatan kerja, dll.
Hasil dari metode ini, membangun pengalaman anak tentang aspek-aspek yang
terdapat di sekitar kehidupannya.
4. Bernyanyi
Metode ini dapat dilakukan dengan
memilih lagu yang isinya memiliki pesan moral untuk pembelajaran anak.
B.
Sekolah
Dasar ( SD )
Pada tahap
perkembangan SD (Sekolah Dasar) merupakan masa kanak-kanak tengah (middle childhood) dan masa kanak-kanak
akhir (late childhood) yang dimulai
dari usia 6 ‒ 11/12 tahun. Pada tahap ini pengaruh teman sebaya mulai dominan
serta berada pada tahap perkembangan operasional konkrit dimana anak mampu
berpikir logis tentang objek dan kejadian, menguasai konversi jumlah dan berat,
serta mampu mengklasifikasikan objek. Perkembangan moral pada tahap ini berada
pada tingkat konvensional tahap 3 dan tahap 4. Pada tahap 3 ditandai dengan
orientasi good boy/girl,yaitu anak
menggunakan rasa percaya, perhatian, dan loyalitas kepada orang lain sebagai
basis penilaian moral. Lalu pada tahap 4 perkembangaan moral anak berorientasi
pada otoritas, yaitu didasarkan oleh pemahaman dan aturan sosial. Masa ini juga
merupakan tahap industry vs inferiority
menurut teori Erikson, dimana inisiatif anak membuat mereka berhubungan dengan
banyak pengalaman baru.
Implikasi dari
tahapan-tahapan ini, membentuk semangat yang tinggi diikuti rasa ingin tahu
yang tinggi pada diri anak. Untuk itu pengajar harus mampu memotivasi anak agar berusaha menyadari bahwa mereka bisa
belajar menyelesaikan sesuatu sendiri. Pengajar dapat memulainya dengan
mengajak anak untuk mengamati lingkungan mereka, lalu ajukan pertanyaan apa
saja yang mereka temukan dan mengapa hal itu bisa terjadi. Ajaklah anak untuk
bekerja berkelompok dan saling bertukar pikiran. Biarkan mereka mencari jawaban
sendiri dengan pemikiran sendiri. Setelah itu bantulah mereka untuk mengecek
kebenaran dan akurasi jawaban mereka.
Ketika akan
mengajar sesuatu yang agak kompleks gunakan alat bantu visual dan alat-alat
peraga. Serta libatkan anak dalam tugas-tugas operasional. Seperti saat
mengajarkan materi berhitung, gunakan benda-benda konkret untuk tugas ini.
Pengajar dapat menggunakan bunga-bunga yang ada di sekolah. Ajak mereka
menghitung berapa jumlah suatu bunga dengan warna tertentu, lalu suruh mereka
mengurutkan bunga-bunga itu dari jumlah terbesar menuju jumlah terkecil dan
sebaliknya.
Untuk usia anak
yang lebih tinggi, pengajar harus mampu mendorong anak untuk mengutak-atik dan
bereksperimen dalam pelajaran sains, membuat dan membacakan suatu karya dalam
pelajaran sastra, ajak mereka berdiskusi tentang cara pandang mereka, serta
lakukan perjalanan untuk pelajaran
ilmu sosial.
C.
Sekolah
Menengah Pertama ( SMP )
Anak usia SMP dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja
awal yaitu berusia 11-14 tahun.
Anak
usia remaja awal seperti SMP mengalami perkembangan
kognitif formal oprasional yang
membuatnya mampu berpikir abstrak dengan menggunakan symbol-simbol atau mengoprasikan
kaidah logika formal yang tidak terikat dengan objek yang bersifat konkret,
seperti kemampuan analisis, mengembangkan sesuatu kemungkinan berdasarkan beberapa
kemungkinan yang ada dan kemampuan menarik generalisasi dan interferensi dari berbagai
kategori objek yang beragam, kapabilitas memori dalam bahasanya juga meningkat.
Siswa SMP juga mengalami perkembangan Afektif yang mencakup proses belajar
prilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sehingga proses belajar yang cocok adalah
dengan menggunakan :
1.
Resitasi;
Dimana siswa diharuskan membuat resume
dengan kalimat sendiri sehingga pengetahuan akan pelajaran yang diterima dapat diingat
lebih lama dan siswa dapat memupuk perkembangan dan keberanian dalam mengambil inisiatif,
bertanggungjawab dan berdiri sendiri dan mengembangkan kemampuan bahasa siswa.
2.
Eksperimental
Dimana siswa diberikan kesempatan
untuk dilatih melakukkan suatu proses atau percobaan yang akan membuat siswa
dapat mengembangkan kemampuan menganalisisnya.
3.
Diskusi
Kelompok
Dimana siswa akan membentuk
kelompok diskusi yang sudah diberikan materi pembahasannya, kemudian siswa akan
berdiskusi bersama dengan cara mengeluarkan pendapat masing-masing dan berusaha
menyatukannya untuk memecahkan masalah bersama sehingga dapat memperoleh
keputusan yang lebih baik
4.
Demonstrasi
Dimana pengajar memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan suatu kegiatan secara langsung maupun melalui
media yang relevan dengan pokok bahasan yang disajikan sehingga perhatian siswa
dapat lebih terpusatkan dan lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari
5.
LatihanKeterampilan
Dimana siswa diajak ketempat
keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, penggunaannya,
manfaatnya, dan lain lain, sehingga kecakapan motoris dan mental siswa akan
terasah.
6.
Tanya
Jawab
Dimana pengajar akan menjelaskan suatu
materi kemudian memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya
berdasarkan apa yang ada dipikirannya. Pengajar juga akan memberikan pertanyaan
yang jawabannya dapat ditemukan pada berbagai sudut pandang, agar siswa terpacu
mengemukakan pendapat dari sudut pandang masing-masing.
Pada masa ini seorang anak juga mulai mengalami
kematangan reproduksi, mulai menaruh perhatian pada masa depan, mulai mencari
identitas diri yang pada umumnya meniru idola, emosi mulai meluap-luap,
sehingga cara belajar yang tepat pada
masa ini belajar sambil menciptakan suatu karya sesuai dengan keinginan remaja,
dimana hal ini akan sangat berguna bagi siswa untuk mencari tahu jati dirinya
lewat karya yang dibuatnya, misalnya mengoleksi foto-foto tokoh besar yang
disukai, ini perlu untuk menyibukkan diri para remaja agar tidak terlalu
terlena pada masalah pencarian identitas yang kebanyakan berdampak buruk pada
perilakunya, melalui tahapan seperti ini seorang remaja semakin aktif untuk
memanfaatkan masa mudanya dengan baik, dan menjaga dirinya dengan baik.
D.
Sekolah
Menengah Atas ( SMA )
Berusia dari 15-17
tahun pada tahap ini anak sedang mencari
‘jati diri’. Dan apa yang menjadi
kesenanangannya itulah yang akan dikerjakannya.
Metode
belajar yang cocok untuk anak SMA itu adalah belajar kelompok. Hal ini
diperlukan agar anak dapat menemukan potensi dirinya dan. Selain belajar
kelompok, metode belajar lainnya adalah dengan memberikan pekerjaan rumah
kepada anak, hal ini berguna bagi anak untuk mengulang kembali materi
pembelajarannya.
Kemampuan
kognitif terus berkembang selama masa SMA. Perubahan kognitif pada masa SMA
mengarah pada peningkatan potensi
tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya
anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau masa pubertas.
tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya
anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau masa pubertas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar