TOPIK
Menajemen
Kelas pada Siswa SMA NEGERI 5 MEDAN
JUDUL
Cara
Menciptakan Proses Belajar yang Efektif, Kreativ dan Edukatif
pada
Siswa SMA NEGERI 5 MEDAN
KELOMPOK 9
Ketua : Fahri Reza
( 161301077 )
Anggota : Risky Nurlita Maylinda ( 161301001 )
Laila Husna
( 161301024 )
Dina Hutasoit
( 161301039 )
Irene Dorothy Sonia L (
161301046 )
Nabila Annisa Putri
( 161301054 )
Wina Lorensi BatuBara (
161301071 )
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberi rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah, sehingga kita masih dapat beraktivitas sebagaimana seperti
biasanya. Begitu pula dengan kami, hingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan
observasi psikologi pendidikan ini. Laporan ini disusun berdasarkan observasi
yang kami lakukan di SMA NEGERI 5 MEDAN. Laporan ini berisi proses
berlangsungnya pembelajaran dan pengajaran yang menciptakan lingkungan kelas
positif.
Terimakasih
kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang sudah memberi arahan kepada kami.
Terimakasih kami ucapkan kepada Kepala Sekolah serta staff pengajar SMA NEGERI
5 yang memberikan kesempatan kepada kami dalam melakukan observasi. Terimakasih
kepada adik-adik siswa SMA NEGERI 5 yang sudi menerima kehadiran kami dalam
memenuhi tugas ini. Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
memberi dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.
Besar
harapan kami agar laporan ini dapat bermanfaat serta memperluas wawasan pembaca
mengenai Psikologi Pendidikan. Dan tidak lupa pula, kami selaku tim penulis
memohon maaf apabila terdapat kekurangan di dalam laporan yang kami tulis ini.
Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.
Medan, 06 April 2017
Tim Penyusun
BAB I
PERENCANAAN
1.1
Latar Belakang
Proses belajar
atau pembelajaran merupakan proses utama dalam psikologi pendidikan. Dalam
proses pembelajaran, anak diberi pembelajaran dari yang tidak mengerti menjadi
mengerti. Jadi, pembelajaran ( Learning )
dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan dan
keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.
Pendidikan
merupakan suatu bimbingan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain
dengan tujuan memperoleh pemahaman baru. Pendidikan tidak hanya diperoleh dari bangku
sekolah, akan tetapi dapat diperoleh di lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat. Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi dalam dirinya yang harus
dikembangkan melalui pendidikan dan fasilitator yang tepat.
Seorang pendidik
sudah selayaknya memahami karakteristik dari masing-masing anak didiknya. Hal
ini dikarena setiap anak memiliki potensi, tigkat pemahaman, tingkat kemampuan,
kondisi fisik dan mental serta kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga, dapat
mempermudah proses belajar mengajar dan menghasilkan manajemen kelas yang
efektif.
Manajemen kelas
yang efektif mempunyai dua tujuan. Pertama, membantu siswa menghabiskan lebih
banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Kedua,
mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu
untuk meningkatkan pemahaman mengenai proses belajar dan mengajar, mengetahi
penyebab mengapa siswa memiliki perilaku menyimpang dan solusi agar tercapainya
manajemen kelas yang efektif.
1.3
Landasan Teori
Fokus dalam
psikologi pendidikan dahulu adalah disiplin. Dewasa ini fokusnya pada
pengembangan dan pemeliharaan lingkungan kelas yang positif yang mendukung
pembelajaran. Hal ini melibatkan strategi manajemen proaktif bukan fokus pada
penerapan disiplin secara ketat. Secara historis kelas yang dikelola dengan
baik disebut sebagai “mesin berpelumas baik,” tetapi sekarang kelas yang
efektif dianggap seperti “sarang aktivitas”.
Strategi umum
dalam menciptakan kingkungan kelas yang positif mencakup penggunaan gaya
otoritatif dan manajemen aktivitas kelas yang efektif (Santrock, 2004) . Gaya manajemen kelas yang otoritatif
berasal dari gaya asuh authoritative parenting
menurut Diana Baumrind (dikutip dari Santrock,
2004). Seperti orang tua yang
otoritatif, guru yang otoritatif akan menghasilkan murid yang cenderung
mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sanma dengan teman, dan menunjukkan
penghargaan diri yang tinggi. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja
sama give-and-take dan menunjukkan
sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan
regulasi, serta menentukan standar dengan masukan dari murid.
Gaya otoritatif
bertentangan dengan strategi otoritarian dan permisif yang tidak efektif. Gaya
manajeman kelas otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus
utamanya adalah menjaga ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan
pembelajaran. Murid di kelas yang otoritarian ini cenderung pasif, tidak mau
membuat inisiatif aktivitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan
social, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Gaya manaejmen
kelas yang permisif memberi banyak otonomi pada murid tetapi tidak memberi
banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan
perilaku mereka. Tidak mengejutkan, murid di kelas permisif ini cenderung punya
keahlian akademik yang ryang tidak memadai dan control diri yang rendah. Secara
keseluruhan, gaya otoritatif akan lebih bermanfaat bagi murid ketimbang gaya
otoriter atau permisif, karena membantu murid menjadi pembelajar yang aktif dan
mampu mengendalikan diri.
Jacob Kounin (dikutip dari
Santrock, 2004) menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dengan guru
yang tidak efektif bukan dalam cara mereka merespons perilaku menyimpang murid,
tetapi berbeda dalam cara mereka mengelola aktivitas kelompok secara kompeten.
Kounin juga mengungkapkan karakteristik dari manajer kelompok kelas yang efektif,
yaitu:
·
Menunjukkan
seberapa jauh mereka “mengikuti”. Kounin
menggunakan istilah “whititness” untuk
mendeskripsikan strategi dimana mereka senantiasa mengikuti apa yang terjadi. Guru seperti ini
akan selalu memonitor murid secara regular.
·
Atasi
situasi tumpang-tindih secara efektif. Kounin
mengamati bahwa beberapa guru tampaknya berpikir sempit, hanya menangani satu
hal dalam satu waktu.ini adalah strategi yang tidak efektif yang kerap
menimbulkan interupsi aliran proses belajar di kelas. Sebaliknya, guru yang efektif ketika berjalan keliling ruangan dan
memeriksa pekerjaan murid, matanya tetap mengawasi seluruh kelas.
·
Menjaga
kelancaran dan kontuinitas pelajaran. Manajer yang
efektif akan menjaga aliran pelajaran tetap lancar, mempertahankan minat murid dan
menjaga murid agar tidak mudah terganggu. Guru juga harus menghindari beberapa
aktivitas yang tidak efektif yang dapat menganggu aliran pelajaran. Aktivitas
itu antara lain flip-flopping meninggalkan
aktivitas yang sedang berjalan dengan alasan yang tidak jelas, dan terlalu lama
memaparkan seuatu yang sudah dipahami murid. Tindakan lain yang dapat menganggu
aliran pelajaran dinamakan “fragmentasi”, dimana guru membagi aktivitas menjadi
komponen-komponen meskipun aktivitas itu sebenarnya bisa dilakukan sebagai satu
unit.
·
Libatkan
murid dalam aktivitas yang menantang. Kounin juga
menemukan bahwa manajer kelas yang efektif melibatkan murid dalam berbagai
tantangan tetapi bukan aktivitas yang terlalu sulit. Murid lebih sering bekerja
secara mandiri ketimbang diawasi oleh guru.
Agar bisa
berjalan lancar, kelas perlu punya aturan dan prosedur yang jelas (Santrock,
2004) .
Guru harus membedakan aturan dan prosedur serta mempertimbangkan kemungkinan
yang tepat untuk melibatkan murid dalam diskusi dan pembuatan aturan.
Melibatkan murid dalam penyusunan aturan kelas akan meningkatkan rasa tanggung
jawab murid untuk mematuhi aturan. Weinstein (dikutip
dari Santrock, 2004) menyatakan terdapat empat prinsip yang harus
diingat ketika guru akan menyusun aturan dan prosedur di kelas:
·
Aturan
dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan.
·
Aturan
dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami.
·
Aturan
dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran.
·
Aturan
dan prosedur harus konsisten dengan aturan sekolah.
BAB
II
PELAKSANAAN
2.1 Identitas Sekolah
Nama Sekolah :
SMA NEGERI 5 MEDAN
Alamat : Jl. Pelajar No. 17, Teladan Timur. Medan
Kota, Kota Medan,
Sumatera Utara
Jumlah Kelas : 35 Kelas
Kepala Sekolah :
Drs. Haris H.Simamora MSi
Jumlah Guru : ± 80 Orang
Jam Aktif Belajar :
Senin – Kamis pukul 07.15 - 13.45 WIB
Jum’at pukul 07.15 - 11.45 WIB
Sabtu pukul 07.15 - 12.30
Fasilitas :
- Ruang UKS
-
Koperasi
-
Perpus
-
Mushollah
-
Lab Komputer
-
Lab Fisika
-
Lab Kimia
-
Lapangan Futsal
-
Lapangan Basket
Ekstrakurikuler :
- OSIS
-
Basket
-
Futsal
-
Karate
-
Pramuka
-
Paskibra
-
SKK
-
PMR
-
SSS
-
Hijau
2.2 Sampel Observasi
Siswa dan guru kelas XI MIPA 1 SMA
NEGERI 5 MEDAN
2.3 Jadwal Pelaksanaan Observasi
No
|
Uraian
Kegiatan
|
Waktu
Pelaksanaan
|
|||||||
Maret
|
April
|
||||||||
1
|
Penentuan
Topik dan Judul
|
||||||||
2
|
Penentuan
Teori yang Digunakan
|
||||||||
3
|
Menanyakan
Ketersediaan SMA Negeri 5 Medan untuk Diobservasi
|
||||||||
4
|
Mengurus
Surat Izin Observasi dari Fakultas
|
||||||||
5
|
Menerima
Surat Izin Observasi dari Fakultas
|
||||||||
6
|
Memberi
Surat Izin Observasi SMA Negeri 5
|
||||||||
7
|
Menentukan
Hari untuk Observasi
|
||||||||
8
|
Melakukan
Kegiatan Observasi
|
||||||||
9
|
Membuat
Laporan Observasi
|
||||||||
10
|
Membuat
Poster
|
||||||||
11
|
Membuat
Power Point Laporan
|
||||||||
12
|
Memposting
ke Blog
|
·
7 Maret 2017 :
Menentukan Topik dan Judul Observasi
·
8 Maret 2017 :
Menentukan Teori yang Digunakan
·
17 Maret 2017 :
Menanyakan Ketersediaan SMA Negeri 5 Medan untuk diobservasi
·
23 Maret 2017 : Mengurus Surat Izin dari Fakultas
·
27 Maret 2017 :
Menerima Surat Izin dari Fakultas
·
30 Maret 2017 :
Memberi Surat Izin Observasi ke Fakultas
·
31 Maret 2017 :
Menentukan Hari untuk Observasi
·
01 April 2017 :
Melakukan Kegiatan Observasi
·
02 April 2017 :
Membuat Laporan Observasi
·
06 April 2017 :
Membuat Poster
·
07 April 2017 :
Membuat Power Point Laporan
·
09 April 2017 :
Memposting ke Blog
2.4 Waktu Observasi
08.40
– 10.35 WIB
2.5 Pembagian Tugas dalam Kelompok
Fahri
Reza : Pembahasan Hasil
Observasi
Risky
Nurlita : Pembahasan Hasil Observasi
Laila
Husna : Sistematika Observasi
Dina
Hutasoit : Dokumentasi
Irene
Dorothy : Tatanan Ruang Kelas
Nabila
Annisa : Sistematika Observasi
Wina
Lorensi : Dokumentasi
2.6 Alat dan Bahan yang Digunakan
- Buku
- Pena
- Kamera untuk dokumentasi
-
Snack sebagai reward
2.7 Analisis Data
Data
diperoleh melalui kegiatan observasi langsung di SMA NEGERI 5 MEDAN. Data yang
telah diperoleh akan diolah sesuai dengan teori manajemen kelas pada Siswa
Menengah Atas.
2.8 Kalkulasi Biaya
Biaya Snack Rp. 45.000
2.9 Pelaksanaan
Penelitian
dilakukan pada tanggal 01 April 2017 di sekolah SMA NEGERI 5 MEDAN. Seluruh
anggota kelompok berkumpul di depan gerbang SMA NEGERI 5 pukul 07.30 pagi.
Disana kami melihat beberapa siswa yang berkumpul di depan gerbang. Mereka
tidak dapat masukdikarenakan terlambat. Setelah 10 menit pihak sekolah dan
satpam memberi arahan, akhirya siswa yang terlambat diizinkan masuk.
Setelah kelompok mempersiapkan diri, kelompok
memasuki gerbang sekolah dan menuju ruangan Wakil Kepala Sekolah. Di ruang
wakil kepala sekolah, kami diberikan kelas untuk melakukan observasi. Kelompok
diberi kelas XI MIPA 1 dengan mata pelajaran matematika. Awalnya wakil kepala
sekolah menjelaskan menganai kegiatan penelitian kelompok kepada guru pengampu
matapelajaran. Setelah selesai, kelompok dipersilahkan mengikuti guru
matepelajaran menuju kelas.
Pukul 08.55,
kelompok dan guru mata pelajaran matematika memasuki kelas XI MIPA 1.
Sesampainya di ruang kelas, Guru mulai mengajar sedangkan kelompok menuju
barisan belakang untuk melakukan pengamatan.
2.10 Catatan Hasil Observasi
·
Kondisi kelas cukup
padat sehingga kusi padaq barisan belakang berdempetan dengan dinding
·
Di awal observasi
keadaan kelas kondusif
·
Guru melakukan
interaksi dengan siswa, seperti mengajak siswa membuka buku, membaca materi dan
sesekali melontarkan pertanyaan minggu lalu
·
Beberapa siswa terlihat
tidak peduli dengan pelajaraan tersebut. Namun, beberapa siswa lainnya sangat
antusias
·
Guru mulai mengajarkan
materi gradien dengan cara mendiktekan pada siswa dan memberikan siswa soal
latihan
·
Guru memberi kesempatan
siswa untuk bertanya dan meontarkan pendapat
·
Guru membimbing siswa
untuk membaca buku pegangan. Namun, hampir setengah dari isi kelas tidak
membawa buku. Keadaan tersbut memnuntut guru untuk mendiktekan soal-soal kepada
siswa
·
Guru juga membebaskan
siswa berdiskusi dengan membentuk kelompok-kelompok kecil
·
Di tengah proses
pembelajaran, beberapa siswa mulai ricuh. Hal ini disebabkan karena siswa
mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan pada soal.
·
Beberapa siswa aktif
bertanya dan menjawab pertanyaan di depan kelas
·
Siswa lainnya banyak
yang asyik dengan aktifitas sendiri tanpa memperdulikan guru mereka.
·
Guru berjalan
menghampiri kelompok siswa, untuk memberikan koreksi dan penjelasan
·
Siswa yang kurang
memahami materi yang diajarkan, berasumsi bahwa pelajaran yang diajarkan kurang
menjangkau seluruh keadaan siswa. Sehingga hanya siswa yang daya serapnya
tinggi saja yang mampu memahami materi
·
Guru kurang peduli
terhadap keadaan seluruh siswanya, dimana siswa yang kurang memahami pelajaran
tidak diberi kesempatan untuk mengulang
materi pelajaran yang diajarkan.
·
Guru beberapa kali
keluar ruangan dan meninggalkan siswa
·
Guru beberapa kali
mengaktifkan suasana kelas dengan bertanya dan memberi instruksi kepada siswa
·
Ketika keadaan semakin
tidak kondusif, guru mungetuk jari ke meja dan beberaoa siswa membantu guru
untuk mengamankan kelas
·
Di barisan belakang,
terjadi pembullyan antar siswa
BAB III
LAPORAN DAN EVALUASI
3.1 Pembahasan Antara Hasil Observasi dengan
Landasan Teori
Strategi
umum dalam menciptakan lingkungan kelas yang positif mencakup penggunaan gaya
otoritatif dan manajemen aktivitas kelas yang efektif. Berdasarkan hasil
observasi dari kelas XI MIPA 1, manajemen kelas lebih mengarah ke gaya permisif
yang kurang efektif. Dimana pada awal pelajaran siswa hanya diberi catatan
mengenai materi pelajaran ‘’Garis Singgung,’’ kemudian siswa langsung diberi
soal yang harus diselesaikan, tanpa pemberian konsep dasar terlebih dahulu. Dan
suasana belajar mulai kurang kondusif.
Jacob Kounin (dikutip dari
Santrock, 2004) menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dengan guru
yang tidak efektif dalam cara mereka mengelola aktivitas kelompok secara
kompeten. Kounin juga mengungkapkan karakteristik dari manajer kelompok kelas
yang efektif, yaitu:
·
Menunjukkan
seberapa jauh mereka “mengikuti”. Kounin
menggunakan istilah “whititness” untuk
mendeskripsikan strategi dimana mereka senantiasa mengikuti apa yang terjadi. Berdasarkan hasil
observasi dari kelas XI MIPA 1, guru belum dapat mengikuti sejauh mana
pemahaman murid terhadap materi pelajaran yang diberikan. Hal ini terlihat dari
beberapa siswa yang kurang memahami materi yang diajarkan, berasumsi bahwa
pelajaran yang diajarkan kurang menjangkau seluruh keadaan murid. Sehingga
hanya murid dengan daya serap tinggi saja yang mampu memahami materi. Ditambah
lagi murid yang kurang memahami pelajaran tidak
diberi kesempatan untuk mengulang materi pelajaran yang diajarkan.
·
Atasi
situasi tumpang-tindih secara efektif. Kounin
mengamati bahwa beberapa guru tampaknya berpikir sempit, hanya menangani satu
hal dalam satu waktu ini adalah strategi yang tidak efektif yang kerap menimbulkan
interupsi aliran proses belajar di kelas. Hal ini jelas tercermin di kelas XI
MIPA 1, tampak ketika pelajaran sedang berlangsung keadaan yang awalnya
kondusif ketika memasuki ruangan berubah menjadi tidak kondusif, hingga guru
harus memanggil nama murid yang berbicara saat pelajarannya, menasihatinya,
selanjutnya membiarkan murid melakukan kegiatan mereka masing-masing. Kemudian
guru keluar dari ruangan kelas.
·
Menjaga
kelancaran dan kontuinitas pelajaran. Manajer
yang efektif akan menjaga aliran pelajaran tetap lancar, mempertahankan minat
murid dan menjaga murid agar tidak mudah terganggu. Namun berdasarkan observasi
pada kelas XI MIPA 1, guru tampak kurang mampu menjaga kelancaran dan
kontuinitas pelajaran kelas dan pada akhirnya malah melakukan flip-flopping, yaitu meninggalkan kelas
tanpa alasan yang jelas sehingga kontuinitas pelajaran menjadi terhenti.
·
Libatkan
murid dalam aktivitas yang menantang. Kounin juga
menemukan bahwa manajer kelas yang efektif melibatkan murid dalam berbagai
tantangan tetapi bukan aktivitas yang terlalu sulit. Namun berdasarkan
observasi di kelas XI MIPA 1 hal ini belum dapat tercapai. Pada awal pelajaran
siswa hanya diberi catatan mengenai materi pelajaran ‘’Garis Singgung’’,
kemudian siswa langsung diberi soal yang harus diselesaikan, tanpa pemberian
konsep dasar terlebih dahulu. Hal ini tentu menghambat keterlibatan murid
karena tugas tersebut terlalu sulit bagi mereka.
Agar bisa
berjalan lancar, kelas perlu punya aturan dan prosedur yang jelas. Guru harus
membedakan aturan dan prosedur serta mempertimbangkan kemungkinan yang tepat
untuk melibatkan murid dalam diskusi dan pembuatan aturan. Namun berdasarkan
observasi di kelas XI MIPA 1 terlihat
belum ada aturan dan prosedur yang jelas dan belum ada keterlibatan murid dalam menjaga kelancaran dan
kontuinitas pelajaran.
3.2 Laporan
Data
yang diperoleh dari 45 sampel, didapatkan :
·
25 orang siswa
menyatakan bahwa tidak menyukai mata pelajaran matematika dikarenakan mereka
memiliki daya minat yang kurang dalam hal hitung hitungan dalam diri mereka.
·
20 orang siswa lainnya
menyatakan bahwa mata pelajaran matematika
asik dan menyenangkan serta mereka menyukainya.
·
Tidak ada satu orang
pun yang menyatakan bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang
sangat mudah karna membutuhkan keterampilan khusus untuk menyelesaikannya.
Dari data data
yang diperoleh tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar sampel
(25 murid kelas SMAN 5) menyatakan bahwa mereka tidak menyukai mata pelajaran
matematika dikarenakan menurut mereka pelajaran matematika bukanlah mata
pelajaran yang mudah karna banyaknya hitung hitungan.
3.3 Desain Poster
Poster yang di Zoom
3.4 Evaluasi
Tugas
ini seharusnya mulai dilakukan pada pertengahan Maret. Namun, karena adanya
beberapa halangan seperti padatnya jadwal kuliah dan deadline tugas yang
mengakibatkan kurang komunikasi antar anggota kelompok . Akhirnya, tugas
observasi ini hampir beberapa minggu sempat terbengkalai.
Proses dalam
menanyakan ketersediaan SMA Negeri 5 untuk diobservasi juga mendapati banyak
kendala. Mulai dari kepala sekolah yang susah ditemui sampai dengan adanya
kegiatan Ujian Akhir Sekolah bagi siswa/i kelas 12.
Setelah pihak
sekolah menyetujui, kelompok segera mengurus surat izin fakultas. Ketika surat
izin fakultas selesai, kelompok berangkat menyerahkan surat ke SMA Negeri 5
Medan. Sesampainya di sana, kepala sekolah tidak berada di tempat dan
lingkungan sekolah digunakan sebagai tempat Olimpiade.
Perencanaan
dalam tugas ini dilakukan dengan matang, namun di hari observasi terdpat
beberapa penyimpangan. Misalnya kesulitan dalam mencari kelas yang akan di
observasi. Sesampainya di kelas, kelompok juga mendapat kendala seperti keadaan
luar kelas kurang kondusif yang mengakibatkan siswa/siswi di ruang kelas terasa
terganggu. Di akhir observasi, kelompok memberikan reward kepada siswa.
3.5 Dokumentasi
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa sekolah
SMA Negeri 5 Medan tepatnya
di kelas XI MIA 1 telah
memiliki sistem pengajaran yang cukup baik, namun dalam prosesnya belum
tercipta lingkungan kelas yang positif. Hal ini dibuktikan dari beberapa siswa
yang tidak serius sehingga keadaan kelas menjadi tidak kondusif. Situasi ini mengganggu ketenangan beberapa siswa yang
belajar dengan kondusif, serta mengganggu konsentrasi guru dalam memberi arahan
materi. Kurang kondusifnya kelas dipicu beberapa
siswa yang kurang memahami materi dan tidak fokus dengan pembelajaran.
3.2 Saran
Saran
kami ada baiknya apabilah guru lebih menerapkan
proses diskusi, agar para siswa lebih memahami dan menguasai materi. Selain
itu, kami juga menyarankan agar guru membuat kesepakatan bersama para siswa mengenai aturan terkait
mengkondusifkan kelas selama proses belajar dan mengajar berlangsung guna
tercapainya suasana belajar yang tenang dan nyaman untuk masyarakat kelas.
3.3 Testimoni Anggota Kelompok
·
Risky
Nurlita Maylinda ( 16-001 )
Tugas observasi ini meupakan tugas yang menyenangkan.
Dengan adanya tugas observasi ini, akhirnya kami dapat turun ke lapangan dan mengaplikasikan
ilmu yang sudah kami pelajari. Proses observasi ini melakui rangkaian yang
panjang, mulai dari menentukan sekolah, mengurus surat izin. Berdisusi mengenai
perencanaan, teori dan pembagian tugas. Ketika observasi berlangsung, saya
merasa gugup. Namun, seiring berjalannya waktu, keadaan itu mulai hilang
dikarenakan keadaan guru dan siswa menerima kami dengan baik. Saya dan teman-teman sangat senang mendapatkan
pengalaman ini dan dapat berkomunikasi langsung dengan pihak luar seperti SMA
Negeri 5 yang
kami datangi. Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan ini,
memberikan arahan dan bimbingan sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas ini.
·
Laila
Husna ( 16-024 )
Dengan dilakukannya kegiatan observasi
pada mata kuliah psikologi pendidika, pastinya menambah
pengalaman ilmu serta pengetahuan khususnya buat saya sendiri. Saya sangat berterimakasih kepada dosen dan teman teman
kelompok 9 walaupun ada sedikit kendala dalam kegiatan observasi ini tapi itu
semua dapat terselesaikan dan merasa
senang karna diberikan kesempatan untuk hadir ditengah tengah anak SMA yang
sangat luar biasa keaktif annya
·
Dina
Hutasoit ( 16-039 )
Tanggal
30 Maret adalah kali pertama bagi saya
untuk mengikuti observasi ke SMA. Awalnya saya merasa sedikit khawatir, karena yang kami hadapi
adalah anak SMA yang usianya tidak terlalu
jauh dari kami. Namun saat menghadapi mereka ternyata bukan hal yang
sulit, karena ketika kami masuk ke kelas XI MIPA-1, merekamenyambut kami dengan
baik dan hangat, dan saling menghargai. Dan selama kegiatan observasi mereka
tidak merasa terganggu sama sekali, karena mereka melakukan kagiatan belajar
seperti kegiatan normal lainnya. Namun, satu hal yang membuat saya merasa
sedikit terganggu, karena ketika kegiatan belajar Matematika berlangsung mereka
kurang menghargai kegiatan guru mereka. Memang pengajaran yang diberikan oleh
guru terbilang kaku, sehingga mereka kurang termotivasi dalam belajar. Namun,
bagaimanapun keadaan pengajar seharusnya mereka dapat menghargainya.
·
Irene
Dorothy Sonia ( 16-046 )
Tugas observasi materi penguasaan
kelas dari Psikologi Pendidikan ini sangat menguntungkan yaitu menambah rasa
kesaatuan diantara anggota kelompok kami dalam mengerjakan observasi ini, misalnya dari mulai melakukan perencanaan sekolah
yang akan diobservasi, laporan observasi, pembagian tugas, melatih bagaimana
cara berinteraksi dedngan guru, kepala sekolah, juga murid-murisd (SMA)
sehgingga menambah pengalaman dan wawasan saya.
·
Nabila
Annisa Putri ( 16-054 )
Saat
dikasih tugas ini ya penasaran ya jadinya. Pertama kali dikasih tugas yang
harus datang ke lokasinya langsung untuk di observasi. Kendala pada tugas ini
hanya ada pada izinnya saya rasa. Karena betapa sulitnya kepala sekolah SMA
tersebut untuk ditemui karena tidak ada waktu yang cocok. Tapi Alhamdulillah
semuanya berjalan sesuai yang kami mau. Dan yang pastinya menambah pengalaman
yang seru.
·
Wina
Lorensi Batubara ( 16-071 )
Pada
saat tugas ini diberikan dosen kepada kami, saya sangat senang, tetapi sedikit gugup
karena saya akan melakukan tugas observasi
di sekolah untuk pertama kalinya. Awalnya kelompok kami sulit untuk mendapat
izin dari pihak sekolah dikarnakan Kepala Sekolah SMAN 5 jarang berada di
tempat dan dikarnakan waktu kami dalam membuat surat dari kampus sangat
sedikit. Akhirnya, semuanya dapat teratasi. Selama observasi berlangsung, saya sangat
antusias karena saya dapat melihat perilaku yang terjadi diruang kelas. Ditambah
lagi banyak murid yang curhat tentang ketidaknyamanan mereka tentang cara mengajar
yang diberikan oleh guru. Kegiatan ini juga membuat saya menjadi lebih memahami
apa yang sudah saya pelajari pada mata kuliah psikologi pendidikan selama ini,
sehingga pemahaman saya menjadi semakin baik lagi.
·
Fahri
Reza ( 16-077 )
Pengalaman
observasi merupakan hal yang cukup mengubah penilaian saya mengenai sistem
pembelajaran yang digunakan sekolah. Karena sebelumnya saya hanya
melihatnya dari sudut pandang seorang
murid, beranggapan bahwa guru itu pasti benar-benar memahami tata cara yang
betul-betul tepat dalam menyampaikan pelajaran. Namun setelah belajar mengenai
manajemen kelas yang efektif dan melakukan observasi, anggapan saya benar-benar
dipatahkan. Jelas sekali masih banyak kesalahan yang harus kita benahi bersama
untuk meningkatkan kualita pendidikan di Indonesia guna mencetak generasi
penerus yang tidak hanya cerdas tetapi juga berkarakter mulia.
DAFTAR
PUSTAKA
Santrock, J. W. (2004). Psikologi pendidikan (edisi ke dua). Jakarta: Prenadamedia
Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar