Perencanaan dan Intruksi Pelajaran
I.
PERENCANAAN
A.
Perencanaan Instruksional
Perencanaan Instruksional adalah pengembangan atau
penyusunan strategi intruksi yang sistematik dan tertata yang berguna untuk
merencanakan pembelajararan bagi murid.
B.
Kerangka Waktu
Dalam menyusun perencanaan yang baik dan sistematis
membutuhkan pengetahuan tentang apa apa yang perlu dilakukan dan kapan
melakukannya serta fokus pada “tugas” dan “waktu” .
1.
Apa yang Perlu Dilakukan
a)
Menentukan tujuan
instruksional
b)
Merencanakan kegiatan.
c)
Menentukan prioritas
2.
Waktu Melakukannya
d)
Membuat estimasi waktu
e)
Membuat jadwal
f)
Fleksibel
Anda perlu membuat rencana untuk kerangka waktu yang
berbeda, dari perencanaan tahunan hingga harian.
II.
PERENCANAAN DAN
INSTRUKSI PELAJARAN TEACHER-CENTERED
A.
Perencaan Pelajaran Teacher-Centered
1.
Menciptakan Sasaran
Behavioral
Sasaran behavioral adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru
akan terjadi dalam kinerja murid. Sasaran behavioral harus mengandung tiga
bagian:
a)
Perilaku murid
b)
Kondisi dimana perilaku
terjadi
c)
Kriteria kinerja
2.
Menganalisis Tugas
Analisis tugas difokuskan pada pemecahan suatu tugas
kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen.
3.
Menyusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi Bloom
yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom mengklasifikasikan sasaran pendidikan
menjadi tiga domain:
a)
Kognitif
Taksonomi kognitif Bloom
mengandung enam sasaran yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
b)
Afektif
Taksonomi afektif terdiri dari lima sasaran yang berhubungan dengan
respons emosional yaitu penerimaan, respons, menghargai, pengorganisasian, dan
menghargai karakterisasi.
c)
Psikomotor
Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah gerak refleks, gerak fundamental
dasar, kemampuan perceptual, kemampuan fisik, gerakan terlatih, dan perilaku
nondiskusif.
B.
Instruksi Langsung
Instruksi langsung adalah pendekatan teacher-centered
yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspetasi guru
terhadap kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas
dan usaha guru untuk meminimkan pengaruh negatif terhadap murid.
C.
Strategi Instruksional Teacher-Centered
1.
Mengorientasikan
Advance
organizer adalah aktivitas dan teknik pengajaran dengan
membuat kerangka pelajaran dan mengorientasikan murid pada materi sebelum
materi itu diajarkan. Advance organizer
terdiri dari dua bentuk:
a)
Expository advance
organizer memberi murid pengetahuan baru yang akan mengorientasikan mereka ke pelajaranyang akan datang.
b) Comparative advance
organizer memperkenalkan materi baru dengan mengaitkannya dengan apa yang sudah
diketahui murid.
2.
Pengajaran, Penjelasan,
dam Demonstrasi
Pengajaran dengan ceramah/paparan (lecturing), penjelasan dan demonstrasi
adalah aktivitas yang biasa dilakukan guru dalam pendekatan instruksi langsung.
3.
Pertanyaan dan Diskusi
Dalam menggunakan strategi pertanyaan
dan diskusi penting untuk merespons setiap kebutuhan pembelajaran murid sembari
menjaga minat dan perhatian kelompok.
4.
Penguasaan Materi
Mastery
learning adalah pembelajaran satu konsep atau topik secara
menyeluruh sebelum pindah ke topik yang lebih sulit.
5.
Tugas di Kelas
Seatwork
adalah menyuruh semua murid atau sebagian besar murid untuk belajar
sendiri-sendiri di bangku mereka.
6.
Pekerjaan Rumah
Keputusan instruksional penting lainnya
adalah seberapa banyak dan apa jenis
pekerjaan rumah yang harus diberikan kepada murid.
D.
Evaluasi intruksi Teacher-Centered
Pendukung pendekatan teacher-centered percaya bahwa
pendekatan ini adalah cara terbaik untuk mengajarkan keahlian dasar, yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur secara jelas (seperti
yang dibutuhkan untuk pelajaran bahasa, membaca, matematika, dan sains).
Sementara para pengkritiknya mengatakan
bahwa pendekatan ini cenderung menimbulkan kelas yang pasif, pembelajaran
dangkal, kelas yang terlalu kaku, kurangnya perhatian terhadap perkembangan
sosioemosional, motivasi eksternal, penggunaan tugas di kelas yang berlebihan,
terlalu sedikit kesempatan untuk pembelajaran dunia riil, dan kurangnya
pembelajaran kolaborasi dalam kelompok-kelompok.
III.
PERENCANAAN DAN
INSTRUKSI PELAJARAN LEARNER-CENTERED
A.
Prinsip Learner-Centered
Instruksi dan
perencanaan learner-centered lebih
berfokus pada siswa ketimbang guru. Prinsip
learner-centered yang
dikembangkan oleh gugus tugas American
Psychological Association (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat
faktor:
1.
Faktor Kognitif dan
Metakognitif
a)
Sifat pemrosesan
belajar
b)
Tujuan proses
pembelajaran
c)
Konstruksi pengetahuan
d)
Pemikiran strategis
e)
Memikirkan tentang
pemikiran (metakognisi)
f)
Konteks pembelajaran
2.
Faktor Motivasi dan
Emosional
g)
Pengaruh motivasi dan
emosi terhadap pembelajaran
h)
Motivasi instrinsik
untuk belajar
i)
Efek motivasi terhadap
usaha
3.
Faktor Sosial dan
Perkembangan
j)
Pengaruh perkembangan
pada pembelajaran
k)
Pengaruh social
terhadap pembelajaran
4.
Faktor Perbedaan
Individual
l)
Perbedaan individual
dalam pembelajaran
m)
Pembelajaran dan
diversitas
n)
Standar dan penilaian
B.
Beberapa Strategi
Instruksional Learner-Centered
1.
Pembelajaran Berbasis
Problem
Pembelajaran berbasis problem befokus
pada diskusi kelompok kecil ketimbang pengajaran. Murid mengidentifikasi isu
yang akan mereka kaji, dan guru akan bertindak sebagai pembimbing, membantu
murid memonitor upaya pemecahan masalah mereka.
2.
Pertanyaan Esensial
Pertanyaan esensial adalah pertanyaan yang merefleksikan inti
dari kurikulum, hal paling penting yang harus dieksplorasi dan dipelajari oleh
murid.
3.
Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran
penemuan (discovery learning) adalah
pembelajaran dimana murid membangun pemahaman mereka sendiri. Pembelajaran
penemuan dirancang agar murid mau berpikir sendiri, mengetahui bagaimana pengetahuan disusun, untuk memicu rasa ingin
tahu murid, dan memotivasi penelitian.
C.
Evaluasi Instruksi Learner-Centered
Empat belas
prinsip APA adalah pedoman yang dapat membantu guru untuk menyusun strategi
yang bermanfaat bagi pembelajaran murid (seperti mendorong murid untuk aktif
membangun pengetahuan, berpikir mendalam dan kreatif, termotivasi secara
internal, memecahkan problem dunia riil, dan belajar bersama).
Sementara para
pengkritik mengatakan bahwa pendekatan ini terlalu fokus pada proses dan kurang
memerhatikan pada muatan, lebih cocok untuk ilmu sosial dan kemanusiaan
ketimbang ilmu pasti dan matematika,
tidak tepat untuk awal pengajaran jika murid belum punya cukup pengetahuan
tentang topik itu, dan lebih sulit diimplementasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar